Semester depan, Masa depan
Hingga menjelang akhir liburan semester ini, masih ada dua pertanyaan yang belum saya pecahkan (dan mungkin belum akan terpecahkan pula hing...
Hingga menjelang akhir liburan semester ini, masih ada dua pertanyaan yang belum saya pecahkan (dan mungkin belum akan terpecahkan pula hingga liburan semester depan) pertanyaan yang mungkin juga masih menyelimuti benak teman – teman saya.
Kuliah di Jurusan Bahasa membuat saya ndak punya pilihan lain selain benar- benar bergelut dengan bahasa, namun minimnya bahasa asing yang saya kuasai membuat saya tidak punya banyak pilihan.
OK, 2 pertanyaan itu adalah :
1. Apakah saya akan memilih jalur literature yang kental sastranya, atau linguistik yang kental kebahasaannya.
2. Apakah saya akan memilih british atau american sebagai dialek Bahasa Inggris saya.
Dua hal yang menurut saya sama pentingnya dengan pertanyaan ada takjil apa sore ini. Terus terang, I’m not a kind of person who loves novels so much. Buat saya, novel, cerpen dan fiksi – fiksi lainnya adalah sesuatu yang perlu pendalaman secara hati ke hati dan saya cukup payah soal itu. Kebetulan saya juga sangat tertarik untuk menjadi seorang ahli bahasa ketimbang ahli sastra. Mengutak –utik bahasa, memahaminya, menyadari gejalanya dan meneliti seluk beluknya lebih membuat saya tertarik dari pada mengorek pragmatisme dalam sebuah cerita pendek.
Namun, dilema muncul saat Dosen sebagai jembatan dan lampu jalan penerang kelulusan kami, memiliki komposisi yang tidak seimbang, linguistik yang terkesan jauh dari mahasiswa dan dosen sastra yang akhir – akhir ini tampak sangat sukses mengawal anak didiknya *galau
Ada solusi kawan?
Kuliah di Jurusan Bahasa membuat saya ndak punya pilihan lain selain benar- benar bergelut dengan bahasa, namun minimnya bahasa asing yang saya kuasai membuat saya tidak punya banyak pilihan.
OK, 2 pertanyaan itu adalah :
1. Apakah saya akan memilih jalur literature yang kental sastranya, atau linguistik yang kental kebahasaannya.
2. Apakah saya akan memilih british atau american sebagai dialek Bahasa Inggris saya.
Dua hal yang menurut saya sama pentingnya dengan pertanyaan ada takjil apa sore ini. Terus terang, I’m not a kind of person who loves novels so much. Buat saya, novel, cerpen dan fiksi – fiksi lainnya adalah sesuatu yang perlu pendalaman secara hati ke hati dan saya cukup payah soal itu. Kebetulan saya juga sangat tertarik untuk menjadi seorang ahli bahasa ketimbang ahli sastra. Mengutak –utik bahasa, memahaminya, menyadari gejalanya dan meneliti seluk beluknya lebih membuat saya tertarik dari pada mengorek pragmatisme dalam sebuah cerita pendek.
Namun, dilema muncul saat Dosen sebagai jembatan dan lampu jalan penerang kelulusan kami, memiliki komposisi yang tidak seimbang, linguistik yang terkesan jauh dari mahasiswa dan dosen sastra yang akhir – akhir ini tampak sangat sukses mengawal anak didiknya *galau
Ada solusi kawan?
2 komentar
ikuti kata hatimu nak.
Replykog gada tanggal e seh gus postinganmuh....
o iya yaa, baru sadar aku buk kalo ndak ada tanggalnyaa,makasih saran dan mampirnya :)
ReplyPembaca yang baik pasti meninggalkan feedback