LIPI dan Kabupaten Jayawijaya Sepakat Kembangkan Kebun Raya Biologi Wamena
Repost untuk dokumentasi pribadi penulis. (Wamena – Humas LIPI). Harapan masyarakat Wamena, Papua untuk memiliki sebuah kebun kon...
Repost untuk dokumentasi pribadi penulis.
(Wamena – Humas LIPI). Harapan masyarakat Wamena, Papua untuk memiliki sebuah kebun konservasi terpadu kian mendekati kenyataan setelah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya menandatangani kesepakatan kerjasama penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknologi di Kantor Bupati Jayawijaya pada Rabu (9/9) lalu.
Sekretaris Daerah Kabupaten Jayawijaya, Yohanes Walilo S.Sos, M.Si menyatakan masyarakat Wamena sangat rindu sentuhan LIPI. "Wamena telah mengenal dan merasakan manfaat dari berbagai edukasi dan pelatihan yang pernah dilakukan oleh LIPI beberapa tahun yang lalu," jelasnya.
LIPI sendiri memiliki stasiun penelitian di Wamena yang yang dirintis sejak tahun 1988 peneliti LIPI Dr. Akmadi Abbas saat masih bertugas di Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI. Akmadi sendiri saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala LIPI.
Kepala LIPI menyatakan komitmen lembaganya terhadap Wamena sejatinya tidak pernah berubah. “Perubahan kebijakan pemerintah dalam skala nasional yang sedikit mengubah ritme yang sudah ada. Maka saat ini adalah saat yang tepat untuk melanjutkan berbagai hal yang sebelumnya tertunda di Wamena termasuk pembangunan Kebun Raya Biologi Wamena," tutur Iskandar.
Kebun Raya Biologi Wamena (KRBW) sendiri telah berdiri sejak 12 Juni 1995. Kebun raya seluas 150 hektar ini berlokasi di Gunung Susu, Distrik Hubikusi, Jayawijaya, Papua. Lahan Kebun Raya Biologi Wamena adalah sumbangan dari Pemerintah Kabupaten Jayawijaya dan para kepala suku yang berdomisili di seputar Gunung Susu.
Sekretaris Utama LIPI, Dr. Siti Nuramaliati Prijono menyatakan KRBW kelak tidak hanya menjadi area konservasi, namun juga menjadi sarana wisata edukatif “Hal tersebut diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perekonomian warga lokal sekaligus melindungi kekayaan hayati Papua,” tuturnya. Dirinya melanjutkan jangan sampai bangsa lain yang menikmati kekayaan hayati, sedangkan warga lokal tidak mendapat apa-apa. (gst/ed: fza)
Post a Comment:
Pembaca yang baik pasti meninggalkan feedback