Mas Yoga, Selamat Jalan
http://www.gustaf.web.id/2012/01/saya-bukan-homo-meskipun-saat-ini-saya.html Silahkan baca dulu tulisan saya diatas, saya ambil lagi quote...
http://www.gustaf.web.id/2012/01/saya-bukan-homo-meskipun-saat-ini-saya.html
Silahkan baca dulu tulisan saya diatas, saya ambil lagi quotenya :
Pagi itu seperti tersambar petir saya mendapatkan kabar meninggalnya mas Yoga Febian Widaswara.
Sosok yang saya contoh dari kecil.
Dia main badminton, saya, Rezha dan Ovan, mengikuti
Dia bikin sirkuit buat jumping speda kita, kami mengikuti
Dia bikin rumah - rumahan dari tanah liat, termasuk dengan kolamnya, kami mengikuti!
Dia masuk OSIS, saya juga ikuti
Dia ngajak nonton final Piala Dunia di rumahnya dan ketiduran, kami pun ketiduran!
Dia masuk UNESA pun saya ikuti, pas tes PMDK saya dijemput dia di depan Mitra 10 untuk tidur di kosnya dia untuk tes besok.
Walau tidak semua dapat ikuti,
Dia petarung SH, saya anak ringkih,
Di Trenggalek, di kalangan teman- temannya dipanggil kancil karena tubuhnya yang mungil,
Di Surabaya malah jadi bos bagi teman-temannya, malah sempat jadi komandan salah satu UKM terbesar di kampus.
Saat dia menikah, saya telat datang akadnya, pas saya sampai pas baru saja akad terucap.
Ternyata momen itu menjadi salah satu momen terakhir saya bertemu dia,
Pas mudik pasti dia yang saya tanyakan ke Ibu dan Mbahnya, "Mas Yoga mboten mudik"
Saya sempat bantu dia pas sedang membetulkan tempat tidur di rumah Mbahnya, oh Man, jangan tanya, ini manusia serba bisa paling rendah hati yang pernah saya jumpai!
19 April 2015,
Anak mabok menabraknya, habis!
Selamat jalan mas,
mas,
saya anak tunggal tapi dari kecil saya merasa punya mas,
ya sampeyan mas Yog!
Hidupmu sukses, semua orang mengenangmu baik, semua orang merasa kehilangan, dan semua orang sudah selayaknya jadi pejuang sejati seperti sampeyan!
Doa kami bersamamu! See you again!
Saya Repost photo lagi boleh:
Silahkan baca dulu tulisan saya diatas, saya ambil lagi quotenya :
dari sini mungkin kita bisa bercermin, waktu cepat berlalu dan terlalu berharga untuk disia-siakan.
Pagi itu seperti tersambar petir saya mendapatkan kabar meninggalnya mas Yoga Febian Widaswara.
Sosok yang saya contoh dari kecil.
Dia main badminton, saya, Rezha dan Ovan, mengikuti
Dia bikin sirkuit buat jumping speda kita, kami mengikuti
Dia bikin rumah - rumahan dari tanah liat, termasuk dengan kolamnya, kami mengikuti!
Dia masuk OSIS, saya juga ikuti
Dia ngajak nonton final Piala Dunia di rumahnya dan ketiduran, kami pun ketiduran!
Dia masuk UNESA pun saya ikuti, pas tes PMDK saya dijemput dia di depan Mitra 10 untuk tidur di kosnya dia untuk tes besok.
Walau tidak semua dapat ikuti,
Dia petarung SH, saya anak ringkih,
Di Trenggalek, di kalangan teman- temannya dipanggil kancil karena tubuhnya yang mungil,
Di Surabaya malah jadi bos bagi teman-temannya, malah sempat jadi komandan salah satu UKM terbesar di kampus.
Saat dia menikah, saya telat datang akadnya, pas saya sampai pas baru saja akad terucap.
Ternyata momen itu menjadi salah satu momen terakhir saya bertemu dia,
Pas mudik pasti dia yang saya tanyakan ke Ibu dan Mbahnya, "Mas Yoga mboten mudik"
Saya sempat bantu dia pas sedang membetulkan tempat tidur di rumah Mbahnya, oh Man, jangan tanya, ini manusia serba bisa paling rendah hati yang pernah saya jumpai!
19 April 2015,
Anak mabok menabraknya, habis!
Selamat jalan mas,
mas,
saya anak tunggal tapi dari kecil saya merasa punya mas,
ya sampeyan mas Yog!
Hidupmu sukses, semua orang mengenangmu baik, semua orang merasa kehilangan, dan semua orang sudah selayaknya jadi pejuang sejati seperti sampeyan!
Doa kami bersamamu! See you again!
Saya Repost photo lagi boleh:
Post a Comment:
Pembaca yang baik pasti meninggalkan feedback